a blog by Galuh

a blog by Galuh

Soliloqui Poemuse Indonesia

Soliloqui Poemuse Indonesia

Saya mengenal Adrian Benn di Garasi 10 saat pameran Sada – Soundscape Presentation of 1950s Bandung. Dalam pameran tersebut, saya menari bersama kelompok musik Resiguru dan Adrian merupakan kurator dalam acara tersebut.

Adrian yang juga aktif dalam kelompok paduan suara sebagai penyanyi tenor, kemudian mengungkapkan keinginannya untuk membuat sebuah pertunjukan. Ia bercita-cita membuat sebuah pertunjukan kolaborasi antara penyanyi, pianis dan penari yang bahan-bahan dasarnya menggunakan komposisi musik karya komposer-komposer Indonesia. Pertunjukan ini ia gagas sebagai sebuah pertunjukan perpisahan jelang keberangkatannya studi master bidang musik dan teknologi di Stockholm.

Kami berempat lalu bertemu dan berkumpul: Adrian (tenor), Delta Damiana (sopran), Nicholas Rio (pianis), Galuh Pangestri (penari). Berbekal buku komposisi musik para komposer yang mencipta karya diinspirasi oleh puisi-puisi penyair Indonesia, kami merancang babak dan mengurus hal-hal teknis lazimnya dalam sebuah pertunjukan. Setelah melaksanakan latihan demi latihan, pertunjukan sederhana kerja bersama ini pun digelar pada 7 Agustus 2016 di IFI Bandung. Antusias karena mendapat tanggapan cukup hangat dari para penonton, pertunjukan tersebut kami evaluasi dan diputuskan bahwa proyek ini harus dilanjutkan.

Mendeklarasikan diri dengan nama Poemuse, Nicholas Rio mengambil tampuk sebagai pimpinan produksi untuk pementasan berikutnya di tahun 2017. Pada perjalanannya, Poemuse kemudian hadir dengan motivasi untuk keluar dari rutinitas berkesenian. Yakni keinginan untuk menampilkan pertunjukan-pertunjukan yang berbeda dari yang biasanya dilakukan oleh keempat personil.

Adrian sudah berangkat ke Stockholm, kami mengajak Daniel Victor untuk bergabung. Tidak hanya tampil kembali di Bandung, Poemuse mendapat sambutan dari Makassar International Writers Festival untuk pentas di Makassar dalam festival sastra internasional tersebut.

Nama Poemuse saya lempar sebagai termin yang dirasa cocok untuk merepresentasikan kelompok seni ini. Ditakik dari poem yang berarti puisi dan muse sebagai akar kata “musik” yang berarti menginspirasi, musing. Poemuse percaya bahwa musik dan sastra dapat digubah ke dalam bentuk-bentuk baru yang belum, atau kurang, dieksplorasi oleh para kreator di Indonesia. Musikalisasi puisi hanya salah satu bentuk yang kadung populer, namun ruang-ruang eksplorasi masih sangat banyak. Agregasi antara musik dan puisi sendiri sudah memberikan banyak kemungkinan, apalagi jika diperkaya bentuk seni yang lain. Mengakomodasi seni tari, sastra, musik, seni peran, seni rupa hingga multimedia, kami percaya, akan memunculkan ruang-ruang ekplorasi yang tidak hanya meluas namun juga tak terbatas.

Mungkin karena terdiri dari berbagai latar belakang berbeda, dalam Poemuse, kami berangkat dari pijakan bahwa masing-masing aspek kesenian mendapat kedudukan setara. Tak ada yang paling dominan, dan kolaborasi ini menjadi agak sulit untuk dikotakkan dalam boks seni tertentu.

Pertunjukan kedua kemudian ditegaskan untuk lebih baik dari pada sebelumnya. Harus melakukan progress. Untuk itu Poemuse Indonesia melibatkan seorang art director untuk ikut berkolaborasi menggarap pertunjukan selanjutnya. Tersebutlah Kennya Rinonce, seorang sutradara teater muda yang mendedikasikan dirinya untuk dunia seni pertunjukan.

Pertunjukan kedua Poemuse kemudian dirancang selama berbulan-bulan mulai dari rapat konsep, perancangan budget, dan mediasi ke pihak-pihak terkait. Karya kedua ini diberi judul Senandika, padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk soliloquy.

Masing-masing personil merasa aspirasi keseniannya terwadahi dalam kelompok ini, Poemuse ingin dapat  hadir kembali di tahun 2018 dan seterusnya. Meski dirancang dengan pelan-pelan dikarenakan kesibukan masing-masing, kami bertekad untuk terus dapat hadir dalam ranah seni pertunjukan Indonesia. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat, pendukung kegiatan, dan para penonton.

 

 

Foto oleh Poemuse Indonesia

Ps: cerita tentang Senandika dalam blog-post berikutnya.

 

 

 

 



1 thought on “Soliloqui Poemuse Indonesia”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.