a blog by Galuh

a blog by Galuh

Tipe-Tipe Pengendara Motor

Tipe-Tipe Pengendara Motor

Sungguh heran dengan kelakuan rang orang yang tak mampu reflektif akan perbuatannya yang membahayakan orang lain…

Saya menggunakan keduanya untuk berkendara: motor dan mobil. Namun belakangan lebih sering memakai mobil karena eh karena sederhanakan saja sebab keadaan mengharuskan demikian. Yaela.

Saat berada di atas motor saya bisa sepenuh hati memberi penilaian pada pengendara mobil. Begitu pun saat menyetir mobil, mudah sekali men-ckckck pengendara motor. Tulisan ini penuh generalisasi, simplifikasi, stereotipikal, asumsi, syak wasangka, penghakiman. Pokoknya bad vibes only, just because i want to. SSG, suka-suka gue.

Inilah daftar jenis-jenis pengendara motor berdasarkan pengamatan suka-suka Galuh:

1. Mamah-Mamah Tua
Gak semua mamah-mamah itu muda, kalo kalian menemukan perempuan mengendarai motor yang lampu sen kanannya nyala tapi malah belok ke kiri, ay betcha pengendaranya adalah mamah-mamah tua.

2. Aki-Aki
Nyetirnya lambat, harusnya jalan di jalur kiri tapi seringkali ga nyadar ngeenngg nganan. Begitu diklakson ngomel-ngomel sendiri karena gak bisa ngomel-ngomel ke orang yang ngeklakson. He can’t suck things up like when he was younger.
Mungkin saat mengendarai motor, si kakek sambil memikirkan masa lalu yang telah lewat dan bermimpi agar masa depan berjalan lebih lambat, selambat motor yang ia gas. Berkhayal semoga masa depan yang kan segera berakhir tak datang terlalu cepat.

3. Abang-Abang Kurir
Suka ngebut demi segera mengantarkan pesanan. Patuh rambu lalu lintas karena kalau melanggar dan dilaporkan, kantornya yang kena. Imbasnya bisa dia yang kena catatan buruk oleh kantor. Yang gak patuh rambu juga lebih banyak lagi, yaudalah demi nganterin pesanan online, merekalah ujung tombak perekenomian zaman now.

4. Remaja
Hhhhrrrgggjhh… anak-anak SMP/SMA ada di golongan ini. Dibilang anak-anak udah bukan, dibilang dewasa masih belum. Nanggung. Naik motor gak pake helm, bisa beduaan atau bahkan bertigaan sambil ketawa ketiwi seolah-olah hidup ini semudah akses motor yang diberikan oleh orangtua mereka. Yang laki-laki kalo ditegur malah balik memaki, yang perempuan ditegur malah makin cengengesan. Pengen kucabein rasanya.

5. Pahmud
Ini ya ini… ngebonceng balita atau anak taro di depan atau di jok belakang tanpa helm. Tangan kanan buat ngegas, tangan kiri megang anak. Tanpa rasa bersalah, tanpa waspada akan risiko perbuatannya. Serempet aja yang beginian sampe jatoh biar kapok.

6. Nenek-Nenek
Sudahlah, nek. You got to know when you have to stop riding motorbike backing up the whole family. Kamu sudah nenek-nenek, bukan lagi ibu-ibu yang kebijakan dan kebajikannya menjadi inspirasi untuk anak-anak. Itu dulu. Kutahu dengan mengurus cucu, mengantar jemput ke sana ke mari, dan dimintai pertolongan oleh anak kau merasa berharga. Tapi cucu-cucumu itu urusan anakmu. Don’t interrupt them that much. Simbiosis mutualisme seperti ini sifatnya beracun.

7. Mahmud
Why no ladies parking for motorbike??? Diskriminatif!
Mengeluhlah selagi bisa.

8. Mas-Mas Kantoran
Kang ngebut di jalanan dengan motor jantan angsuran (kenapa juga ada istilah motor jantan, mang motor betina kayak gimana?) Kalo ditegur malah melotot balik. Dia lebih galak bok. Yawdala mungkin dia lagi kejar setoran buat biaya kawin atawa ngelunasin cicilan ka pe er, dipukpuk aja.

 

Ada lagi? Ada lagi? Pengamatan suka-sukamu kek gimana? Amatan “gue yang suci, kalian semua nista.”

 

 

 



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.